Laman

Rabu, 06 November 2013

Kata dan pilihan kata


Dalam kamus bahasa indonesia pilihan kata adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunanya) untuk menggungkapkan gagasan sehingga dapat memperoleh kata yang di inginkan.

Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki.


Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
1.            Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
2.            kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
3.            menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

2. Upaya Pengindonesiaan

Perkembangan Bahasa Indonesia dalam sejarah berawal dari penggunaan bahasa itu sebagai lingua franca (bahasa perantara)  berlanjut dalam sejarah bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Semenjak merdeka bahasa Indonesia dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi atau bahasa negara.
  
Dalam kurun waktu itu hingga sekarang bahasa Indonesia telah mengalami pendewasaan ditempa oleh kenyataan tumbuh dan berkembangnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Timbul dan tenggelamnya kata atau ungkapan dalam bahasa Indonesia juga sebagai imbas pemakaian bahasa Indonesia oleh penutur bahasa Indonesia.

Peningkatan penutur bahasa Indonesia dicerminkan oleh tumbuh dan pesatnya golongan terdidik dan adanya penutur di luar penutur asli Indonesia. Oleh penutur asli,  bahasa Indonesia sudah terbukti bisa sebagai bahasa yang telah mengemban "kedudukan dan fungsinya". Sedangkan oleh penutur asing bahasa Indonesia telah berkembang sebagai bahasa kedua mereka, seperti yang dipelajari oleh warga negara Australia.

Dalam kenyataan sehari-hari bahasa Indonesia telah berevolusi, beradaptasi, dan berasimilasi  dengan para pemakainya. Turut berkembangnya bahasa juga ditunjang oleh  berbagai aspek  perkembangan bangsa Indonesia sendiri. Sehingga terjadi saling ketergantungan antara pekembangan bahasa dan perkembangan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berkembangnya berbagai aspek kehidupan sudah pasti turut membantu perkembangan bahasa Indonesia. Berbagai istilah yang muncul dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan pengaturan masuknya kata atau istilah ke dalam bahasa Indonesia.

Perkembangan bahasa ini menjadi tantangan  kita, karena selain bahasa Indonesia sudah terbukti sebagai bahasa kita sendiri, juga dituntut untuk bisa sejajar dengan bahasa Internasional yang lain. Tantangan  ke dalam adalah kita harus bisa  menata bahasa Indonesia baik dari segi regulasi/aturan maupun implementasinya di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satu di antara penataan itu adalah adanya pengindonesiaan kata atau istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Untuk ini dibutuhkan Pedoman Pembentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan.

Khusus tentang pengindoneisaan kata atau istilah asing telah diupayakan oleh Pusat Bahasa atau Badan Bahasa adanya Seri Pedoman : Pdm 005 yang diterbitkan Depdiknas, 2008 dengan judul "Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing". Dalam buku ini buku ini kita bisa mempelajari Garis Haluan Pengertian Nama dan Kata Asing  yang diurai  pada bagian I, sedangkan bagian II menguraikan tentang Daftar Padanan Kata dan Ungkapan Asing Indonesia.
3. Imbuhan dari bahasa asing

 A.   SANSEKERTA (-man , -wan, -wati)

a.    Imbuhan –man
Ciri : 
- Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i 
-  Menunjukkan laki-laki
-  Fungsi : menbentuk kata benda 
-  Makna : orang yang. . .

Contoh: seniman, budiman 

b.    Imbuhan –wan
Ciri :
- Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i
- Menunjukkan laki-laki
- Fungsi : membentuk kata benda dan sifat
- Makna : orang yang. . 

Contoh : cendekiawan , wartawan 

c.    Imbuhan –wati
Ciri : 
- Sejalan dengan akhiran-wan
- Menunjukkan wanita
- Makna : orang yang. . .

Contoh : peragawati , olahragawati 

B.   ARAB ( -i, -wi, -iah ) 
Ciri :

# Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal-a
# Makna : mempunyai sifat
# Fungsi : membentuk kata sifat / kata benda

 Contoh : surgawi , duniawi
 C.   EROPA ( -is, -isme, -isasi ) 

1.     Imbuhan –is 

Ciri :
# Berasal dari bahasa belanda 
# Makna : “yang bersifat” atau “orang yang . .”
Fungsi : membentuk kata sifat atau kata benda

Contoh: teoritis , aktivis
  
2.   Imbuhan –isme 
Ciri :
# Berasal dari bahasa belanda
# Makna : aliran atau paham
# Fungsi : membentuk kata benda 
                   
Contoh : komunisme , kapitalisme 
3. Imbuhan -Isasi
 
Ciri :  
# Berasal dari bahasa inggris 
#  Makna : proses 
# Fungsi : membentuk kata benda

Contoh : urbanisasi , imunisasi 

4. Hubungan makna kata sinonim, homonim, hiponim, polisemi, antonim .

 
1. Sinonim.
Yaitu dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama. 
Contoh :
 a. Yang sama maknanya : 
     Sudah – telah,
     Sebab – karena. 

b. Yang hampir sama maknanya :
     Untuk-bagi-buat-guna,
     Cinta-kasih-sayang.

  
Contoh kalimat : Kemarin Rido menyatakan cinta kepada perempuan yang dia cintai tapi dia sudah memiliki wanita pujaan hati. 

2. Antonim 

Yaitu kata-kata yang berlawanan makna. 

Contoh :

Besar – kecil, siang – malam, panjang-pendek.

Contoh kalimat: Nilai ujian atematika Budi sangat tinggi tapi nilai ujian B. Inggris sangat
rendah 

3. Homonim 

Yaitu dua kata atau lebih yang ejaannya dan lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda.

Contoh :

Buku 1 : buku kaki/tangan “tulang sendi” 
Buku 2 : buku tulis. 

Contoh kalimat : setiap hari senin polisi selalu mengadakan apel pagi 

4. Polisemi 

Yaitu satu kata yang memiliki makna banyak.

Contoh : 

JATUH 
1.Didit jatuh dari sepeda 
2.Harga gabah jatuh 
3.Setiba di runah dia jatuh sakit 
4.nilainya jatuh dalam ujian

Contoh kalimat : Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi
kepala sekolah smp kroto emas. 

5. Hiponim dan Hipernim 

Hiponim yaitu kata-kata tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinat (umum), hipernim (kelas atas) adalah sebaliknya (khusus).

Contoh : kata BUNGA merupakan hiponim

Sedangkan mawar, melati anggrek, dst adalah hipernim.
 


http://diah-erawati.blogspot.com/2012/12/imbuhan-asing.html
http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/

KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada
pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif
apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis.
 Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata
yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang
mempunyai ide atau gagasan pembicara/ penulis.CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur
SP.
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa
dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang
dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.PENGGUAAN KALIMAT EFEKTIF
 Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi,
tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya
 Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh
para sastrawan atau wartawan.
Berikut ini adalah pemaparan ciri-ciri kalimat efektif antara lain:

1) Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh:
Surat itu saya telah tanda tangani.
Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya: 
Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
Mike Tyson pukul KO lawannya.
Pemerintah bantu korban bencana alam.
Seharusnya:
Mike Tyson memukul KO lawannya.
Pemerintah membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim.
Contoh:
Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
Ibu saya tampan sekali.
Seharusnya:
Lampu di ruang tamu itu telah mati.
Ibu saya cantik sekali.

2) Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001). 
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh:
Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
Seharusnya:
Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Contoh:
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya:
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan!
Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:
Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.

3) Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak ada unsur mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang sangat sekali.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
Contoh:
Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya:
Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan hasil penelitiannya.

4) Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.

Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.
http://ahyanti-s.blogspot.com/2012/05/kalimat-efektif-dan-paragraf-dalam.html